Menumbuhkan Minat Membaca Sejak Dini

Pekan lalu kami berkesempatan untuk mengunjungi acara Lifeline Canberra’s Book Fair yang merupakan salah satu event yang paling kami tunggu di Canberra. Dalam satu tahun, acara Book Fair di Canberra diselenggarakan sebanyak tiga kali  dan setiap event digelar sepanjang tiga hari.

Di dalam event ini kita dapat menemukan buku-buku bekas (second-hand) yang dijual dengan harga yang relatif sangat murah. Jika di toko buku resmi Australia satu buku bisa dijual sekitar 20-30 Australian Dollar (AUD) (dan buku Academic rata-rata berkisar antara 100-300 AUD), buku yang sama bisa dijual hanya seharga 1-5 AUD di Book Fair :)! Sebagai informasi harga 1 AUD setara dengan sekitar 9-10 ribu rupiah di indonesia. Dan ini moment yang paling ditunggu: beberapa jam sebelum event ditutup di hari terakhir, pembeli dapat memasukkan buku apa saja ke dalam satu tas (seukuran tas belanja standar). Satu tas tersebut kemudian hanya dijual dengan harga 20 AUD! Semoga kedepannya konsep acara seperti ini bisa diadopsi dan digelar di Indonesia.

IMG_20160212_114449_HDR
Acara Lifeline Canberra’s Book Fair 2016
IMG_20160212_112936_HDR
Beberapa contoh buku yang dijual di Book Fair 2016

Salah satu buku yang menarik perhatian saya di Book Fair adalah buku karangan Australian Children Laureate, Jacky French, yang berjudul “I Spy a Great Reader”.  Buku ini mengulas mengenai cara menumbuhkan anak-anak yang mencintai membaca sejak kecil. Untuk postingan kali ini saya akan khusus membahas tips membaca buku untuk bayi (<2 tahun). Di bawah ini adalah ketujuh tips membacakan buku untuk bayi berdasarkan buku karangan Jackie French.

Bringing up a genius step 1.

  1. Pilihlah buku yang baby-friendly. Buku-buku yang dirancang untuk bayi rata-rata bewarna cerah, dan bayi umumnya suka dengan buku yang banyak memuat wajah bayi dan muka-muka dengan ekspresi tersenyum.  French menuturkan bahwa bayi-bayi di usia yang sangat belia menilai orang dan hewan melalui ekspresi wajah.
  2. Utamakan membaca buku yang memiliki alur cerita. Hal ini penting untuk memperkenalkan kepada anak bahwa buku merupakan kesatuan sebuah cerita yang saling berkesinambungan. Keutuhan cerita ini dapat dilihat melalui beberapa aspek seperti kata demi kata di dalam buku yang saling berhubungan, satu halaman yang akan berlanjut ke halaman selanjutnya, dsb.
    Sedikit flash back, konsep bahwa buku merupakan kesatuan sebuah cerita ini mengingatkan saya akan moment ketika akan men-submit thesis dua tahun yang silam. Ketika itu secara tidak terduga pembimbing menanyakan apakah saat kecil saya pernah membaca buku “Winnie the Pooh”. Beliau menyarankan agar thesis ditulis dengan bab-bab yang saling terkait dan masing-masih bab memiliki judul yang jelas seperti buku cerita anak-anak klasik ini. Jika Anda pernah membaca buku karangan A.A Milne ini anda akan tahu bahwa buku-buku “Winnie the Pooh” memiliki judul setiap bab yang sangat jelas seperti “In Which Christopher Robin Leads an Expotition to the North Pole”, “In Which Piglet is Entirely Surrounded by Water” dan “In Which Christopher Robin Gives Pooh a Party and We Say Goodbye”. Seperti halnya buku cerita, sebuah thesis merupakan kesatuan dari ide-ide utama dari setiap bab yang saling berkesinambungan. Konsep-konsep sederhana seperti ini ternyata sudah bisa mulai diperkenalkan kepada anak-anak diusia belia.
  3. Ciptakan zona membaca yang nyaman. Indeed, choose your comfort zone. Pilihlah spot duduk atau tempat membaca dimana Anda dan anak Anda merasa nyaman.  Untuk anak yang sudah besar bisa dengan posisi duduk di sofa atau anak dibacakan buku dengan dipangku. Kalau untuk bayi usia belia yang sudah bisa tengkurap, proses membaca bersama ini bisa dilakukan di lantai dengan menggelar selimut. Setelah itu sang ibu dan anak membaca saling bersebelahan dengan posisi both lying on their tummies.
  4. Biarkan si bayi mencari buku yang dia sukai. Bayi biasanya akan memberi tanda kalau ia mulai bosan membaca buku seperti mulai berguman, mengalihkan pandangan ke hal lain, mencari buku yang lain, berteriak, dsb. Di buku Montessori karangan Paula Pold Liliard dan Lynn Liliard Jessen juga dikatakan bahwa sebaiknya buku ditaruh di tempat yang mudah dijangkau anak sehingga anak lebih mudah mengambil dan memilih buku yang disukainya. Hal ini dapat dilakukan dengan menaruh buku di rak bagian bawah agar mudah dijangkau.
  5. Jangan khawatir dengan buku yang terkena tangan anak yang kotor, lengket, atau terkena air liur bayi! Termasuk ketika buku tersebut adalah edisi pertama, karangan penulis terkenal dan terdapat tanda tangan si penulis dibuku itu :)). Seperti yang dituliskan oleh French, dalam dua puluh, tiga puluh, atau empat puluh tahun ke depan Anda akan menemukan bahwa saat kebersamaan Anda dengan sang bayi jauh lebih berharga daripada tanda tangan sang penulis terkenal tutur French ;)!
  6. Pilih buku-buku berjenis board books (buku dengan bahan seperti karton) atau buku yang halamannya ber-laminating sehingga bayi dapat memegang dan membuka halaman berikutnya dengan mudah (dan pastinya anda tidak khawatir bahwa buku akan robek hehe). Selain itu jika buku terkena makanan, Anda akan dapat membersihkannya  dengan mudah.
  7. Mulailah dengan membacakan buku yang familiar untuk bayi Anda. Selain membacakan buku yang sudah akrab dikenalnya, membacakan buku baru akan memperkaya kata yang dikenal sang bayi. Formula keseimbangan yang diusulkan French adalah dengan membacakan satu buku lama dan satu buku baru setiap hari. Definisi buku baru ini tentu relatif. Meski demikian menurut French, buku biasanya akan bertahan untuk dikatakan baru jika dibacakan selama kurang-lebih satu pekan.

Nah demikian ulasan singkat mengenai salah satu materi yang dituliskan di dalam buku “I Spy a Great Reader”. Semoga postingan ini bermanfaat.

Sedikit mengutip kata-kata Rhenald Kasali “Pendidikan adalah tangga untuk keluar dari kemiskinan” – dan buku merupakan salah satu jendela pendidikan.

Yuk, kita putus mata rantai kemiskinan anak-anak Indonesia dengan mulai menumbuhkan rasa cinta membaca kepada mereka sejak dini :)!

Salam,

Medria

Leave a Reply