Membantu Anak untuk Berkonsentrasi

 

Pernah suatu kali saya memperkenalkan konsep warna kepada Dzaky (anak saya yang saat itu berusia 18 bulan). Ia saat itu tengah asyik bermain bola-bola dengan warna beraneka ragam di dalam tenda. “Dzaky, Ini bola biru, merah, hijau, kuning…”, sembari menunjuk bola satu persatu sesuai dengan warnanya. “Dzaky, bola biru mana bola biru?”. Dzaky yang saat itu tengah sibuk bermandikan bola warna-warni itu, tetap saja melanjutkan aktivitasnya.

Continue reading “Membantu Anak untuk Berkonsentrasi”

Bermain, Pentingkah untuk Anak?

 

Sejak kecil saya tumbuh di lingkungan di mana ibu sangat mendukung anak-anak untuk bermain. Masih lekat dalam ingatan ketika dulu beliau membawa berbagai macam jenis mainan sepulang bekerja. Meski mainan tersebut sebagian besar adalah mainan bekas yang dibeli dari second-hand market, tapi kami saat itu selalu bahagia luar biasa. Ketika kami masih kecil, ibu juga sering membuat mainan dari bahan-bahan bekas. Saya masih ingat ketika beliau membuat miniatur boneka kecil dari kain, benang, dan kertas.  Dalam beberapa kesempatan, ibu juga terlibat aktif saat kami bermain. Saat bermain board game Monopoli, misalnya, beliau ikut menjadi pemain sekaligus menjadi banker yang mengatur laju keuangan. Ketika saya kalah, ibu dengan sabar ikut mendampingi proses saya untuk belajar menerima kekalahan dari permainan yang kemudian dianalogikan dengan kasus dalam kehidupan sehari-hari. Continue reading “Bermain, Pentingkah untuk Anak?”